Kamis, Februari 05, 2009

Jadwal Pemberian Makanan Bayi

Jadwal Pemberian Makanan Bayi
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia

* 0-4 bulan
ASI On demand

* 4-6 bulan (bertahap)
Pukul 06.00 (bangun tidur)
ASI
Pukul 08.00 (makan pagi)
Bubur Susu
Pkl. 10.00
Buah segar/biskuit
Pkl. 12.00 (makan siang)
ASI
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang)
ASI
Pkl. 16.00
Buah segar/biskuit
Pkl. 18.00 (makan malam)
Bubur susu
Pkl. 21.00
ASI
* 6-9 Bulan (Bertahap)
Pukul 06.00 (bangun tidur)
ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi)
Bubur→ nasi tim
Pkl. 10.00
Buah segar/Biskuit
Pkl. 12.00 (makan siang)
Bubur→ nasi tim
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang)
ASI/PASI
Pkl. 16.00
Buah segar/biskuit
Pkl. 18.00 (makan malam)
Bubur→ nasi tim
Pkl. 21.00
ASI/PASI
* 9-12 Bulan (Bertahap)
Pukul 06.00 (bangun tidur)
ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi)
Nasi Tim→ makanan keluarga
Pkl. 10.00
Buah segar/biskuit
Pkl. 12.00 (makan siang)
Nasi tim→ makanan keluarga
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang)
ASI/PASI
Pkl. 16.00
Buah segar/Biskuit
Pkl. 18.00 (makan malam)
Nasi tim→ makanan keluarga
Pkl. 21.00
ASI/PASI
> 12 bulan
Pukul 06.00 (bangun tidur)
ASI/PASI
Pukul 08.00 (makan pagi)
Makanan Keluarga
Pkl. 10.00
Snack
Pkl. 12.00 (makan siang)
Makanan Keluarga
Pkl. 14.00 (sebelum tidur siang)
-
Pkl. 16.00
Snack
Pkl. 18.00 (makan malam)
Makanan Keluarga
Pkl. 21.00
ASI/PASI

read more...

Resep Makanan Bayi mulai umur 4-5 bulan sampai 1 tahun.

Bubur nasi polos
Nasi yg sudah matang 3 sdm, tambah air secukupnya, rebus hingga menjadi bubur nasi yang halus dan agak kental ( kira-kira 15 menit). Atau, supaya cepat rebus hingga mendidih (kira-kira 5 menit ) kemudian diblender.

Buat bubur nasi ini bisa dalam jumlah besar, disimpan di wadah-wadah yang kecil, kemudian diletakkan di dalam freezer. Kalau mau makan dipanaskan dengan menggunakan microwave atau direndam air panas.

Bubur roti polos
Roti tawar setengah lembar tanpa ada kulit coklatnya. Cabik kecil-kecil, rebus dengan air secukupnya sampai setengah lunak, kemudian dicampur dengan susu formula 30 cc, rebus sampai mendidih dan lunak.

Bubur makaroni polos
Rebus makaroni sampai setengah lunak dengan air panas, kemudian masukkan
susu formula 30 cc, rebus sampai mendidih dan lunak.

Bubur kentang polos
Rebus 1/3 kentang ukuran sedang sampai setengah lunak dengan air panas
kemudian masukkan susu formula 30 cc, rebus sampai mendidih dan lunak.

Bubur cornflake
Rebus 2-3 sdm cornflake sampai setengah lunak dengan air panas, kemudian
masukkan susu formula 30 cc, rebus sampai mendidih dan lunak.

Bubur havermooth
Rebus 2-3 sdm havermooth sampai setengah lunak dengan air panas,
kemudian masukkan susu formula 30 cc, rebus sampai mendidih dan lunak.

Bubur jagung
Kerok biji jagung muda rebus sampai lunak dgn air panas, kemudian campur
dengan susu formula 30 cc, rebus sampai mendidih dan lunak (atau
diblender setelah matang). Setelah itu disaring untuk menghilangkan
kulitnya

Bubur beras merah
Bubur instant beras merah dicampur dengan susu formula 30 cc aduk sampai
rata dan halus.

Bubur kacang hijau
Bubur instant kacang hijau dicampur dengan susu formula 30 cc aduk
sampai rata dan halus.


Untuk Bayi Usia 6-9 bulan

Tim Makaroni

Bahan:

* 300 ml air, kaldu
* 25 g makaroni
* 25 g daging giling
* 25 g tahu, cincang halus
* 25 g wortel, parut halus
* 1 butir kuning telur
* 10 g keju parut


Cara membuat:

* Rebus air bersama makaroni, daging giling, dan tahu. Aduk-aduk sampai kuah mengental.
* Masukkan wortel dan kuning telur. Aduk dan masak sampai matang. Angkat.
* Tambahkan keju parut, aduk rata.
* Sajikan dalam keadaan hangat.

Untuk 1 porsi


Untuk Bayi Usia 9 - 12 bulan

Bahan:

* 600 ml air
* 25 g beras
* 25 g hati sapi/ayam, cincang halus
* 15 g tempe, iris halus
* 15 g daun bayam, iris halus 20 g tomat, iris halus
* 1 sdt mentega tawar


Cara membuat:

* Rebus beras bersama hati sapi/ayam dan tempe. Aduk dan masak sampai menjadi bubur.
* Masukkan daun bayam dan tomat, masak sampai sayuran matang. Angkat.
* Beri mentega, aduk dan hidangkan hangat-hangat.


Untuk 1 porsi



read more...

Selasa, Februari 03, 2009

Orangtua ‘Cerdas’ Pangkal Anak Cerdas



Menangis, manja, dan marah adalah beberapa sikap yang biasa terjadi pada anak. Namun, sikap anak yang patuh, tenang, disiplin, dan berbudi baik adalah beberapa sikap anak yang luar biasa. Sikap baik yang tumbuh dalam diri anak tentu bukan karena kebetulan atau secara tiba-tiba saja terjadi. Beberapa sikap baik yang ada pada diri anak merupakan hasil ’olahan’ orangtuanya. Yaitu, dari pengasuhan yang baik yang biasa mereka lakukan kepada anak tersebut.


Ada beberapa manfaat jika orangtua selalu memiliki kemauan untuk belajar, mencari ilmu dengan membaca buku, mencari informasi di internet, dan bertanya kepada orang yang lebih memahami tentang anak. Pada umumnya, orangtua tersebut akan lebih mudah mendapatkan jawaban atau solusi tentang masalah yang sering terjadi pada anak. Selain itu, orangtua seperti ini biasanya akan lebih mudah dalam mendidik anak. Sebab, di antara mereka sudah terjalin sebuah ikatan batin yang baik, mereka saling percaya, dan saling memahami satu dengan lainnya.

Orangtua ‘cerdas’ adalah orangtua yang selalu menjaga, membimbing, dan mampu menyediakan waktu untuk anak. Sehingga, anak tidak akan pernah merasa bahwa dirinya ditinggalkan dan diabaikan. Walaupun, orangtuanya sibuk atau secara fisik orangtua berada di tempat yang jauh darinya. Namun, anak tersebut akan selalu merasa bahwa orangtuanya selalu berada di dekatnya dan bersedia mendengarkan curahan hatinya (Inayati Ashriyah, 2007).

Orangtua yang ‘cerdas’ akan mampu menciptakan generasi yang pintar, berkualitas, dan berpotensi menjadi seseorang yang sukses. Orangtua yang cerdas dan pintar akan mampu mendidik anak menjadi orang yang cerdas dan pintar juga. Anak yang cerdas akan lebih mudah untuk mencapai sukses. Karena, orangtua dan anak yang cerdas akan lebih mudah melakukan komunikasi. Sehingga, masalah atau sesuatu yang ingin dicapai lebih mudah untuk diutarakan atau didiskusikan

read more...

Anak Sulung Dalam Keluarga

Suatu saat, seorang ayah bertanya pada anak sulungnya, Nak..tahukah kamu kenapa kamu lebih dulu dilahirkan dibandingkan adik-adikmu? Si anak diam walaupun banyak hal yang terlintas dipikirannya. Si Ayah pun tidak memberikan jawaban atas pertanyaannya. Ia menunggu dan membiarkan anaknya menemukan sendiri jawabannya...


Anak sulung memang biasanya menikmati posisi istimewa dalam keluarga. Boleh dibilang, ia memiliki segalanya, status sebagai yang tertua, perhatian dan kasih sayang penuh dari orang tua, serta memperoleh pengalaman-pengalaman mengasyikkan yang mungkin tidak dinikmati adik-adiknya. Namun ada kalanya posisi sebagai sulung, membuat seorang anak memiliki beban mental yang berat.

Banyak orang tua terlalu memberikan banyak beban pada anak sulungnya. Mulai dari penanaman kedisiplinan, norma-norma tertentu, hingga soal tanggung jawab terhadap adik-adiknya.

Pemberian beban yang berlebihan ini tidak sedikit yang menimbulkan beban psikologis pada anak sulung. Terlebih bila mereka tidak bisa mewujudkan harapan orangtuanya.

Di antara anak dalam suatu keluarga, anak sulung memang menempati posisi yang istimewa. Kelahirannya biasanya sangat ditunggu-tunggu oleh kedua orang tuanya. Juga oleh kakek neneknya, apalagi kalau ia merupakan cucu pertama dalam keluarga. Ia bisa memiliki segalanya, mulai dari status anak sulung, perhatian serta kasih sayang penuh dari orangtua dan orang sekitarnya.

Hubungan anak sulung dengan orang tuanya sangat istimewa dan unik, penuh dengan keajaiban, kesenangan, kecemasan serta perasaan yang begitu kompleks. Dalam beberapa hal orang tua belajar untuk mengatasi persoalan anak bersamaan dengan pertumbuhan anak sulungnya.

Sikap orang tua terhadap anak sulung mulai berubah ketika adiknya lahir. Sedikit banyak perhatian mereka mulai beralih ke bayi yang baru lahir. Perubahan ini tentu kurang menyenangkan bagi anak sulung yang selama in menikmati hak-hak istimewanya. Karena itu tidak sedikit anak sulung yang bersikap ‘benci’ setengah mati pada adiknya yang dianggap telah merebut perhatian orang tua mereka.

Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua harus jauh-jauh hari mempersiapkan mental anak untuk menghadapi kelahiran adiknya. Berkurangnya perhatian dan sikap orang tua yang mulai berubah, serta banyak tuntutan untuk si sulung. Hal tersebut dilakukan semata-mata hanya untuk memberi contoh yang baik kepada adik-adiknya.

Hal ini jelas menimbulkan beban psikologis tersendiri pada sang anak. Semoga saja sulung anda dapat memenuhi semua harapan orang tua. Tetapi jangan kecewa bilang anak tidak berhasil, karena anak pun akan merasa bersalah. Keadaan seperti itu membuat anak sulung memiliki sifat lebih serius, disiplin dan bekerja keras daripada adiknya.

Jadi, alangkah baiknya jika tanggung jawab, kesempatan, dan hak yang diberikan pada setiap anak dalam keluarga diberikan secara proporsional dan adil. Sehingga setiap potensi yang ada dalam keluarga dapat berkembang optimal...

read more...

Yang Dibutuhkan Anak dari Ortu


Saat ini semakin jarang orang tua yang mau menghabiskan wakunya bersama-sama keluarga sebagai akibat kesibukan pekerjaan. Dalam sebuah survei yang dilakukan terhadap 100.000 anak-anak, apa yang mereka paling inginkan dari orang tua mereka? Berikut 10 jawaban yang dapat dijadikan evaluasi bagi para orang tua:

1. Anak-anak ingin orang tua mereka tidak bertengkar didepan mereka. Anak-anak cenderung melakukan apa yang orang tuanya lakukan, tidak pada apa yang mereka katakan. Bagaimana anda mengatasi perbedaan ini? Apakah anda tidak setuju anak melihat pertengkaran anda menyerang orang lain atau mempertahankan diri sendiri?

Hati-hati apabila orang tua melakukannya, kemudian anak-anak akan belajar bagaimana mengatur marah dan menyelesaikan konflik dengan cara yang orang tua contohkan.

2. Anak-anak ingin orang tua memperlakukan setiap anggota keluarga sama. Memperlakukan anak sama bukan berarti memperlakukan mereka sama rata. Setiap anak memiliki keunikan dan masing-masing membutuhkan kasih sayang dan pengertian yang sama. Evaluasi hubungan orang tua dengan setiap anak.

3. Orang tua yang jujur. Pernah anda para orang tua mengatakan sesuatu yang tidak jujur pada anak-anak? Orang tua mungkin tidak menyadari apa yang ia tengah contohkan pada anak-anaknya. Apakah orang tua mengatakan apa yang ia maksud adalah apa yang ia katakan?

4. Orang tua yang toleran pada orang lain. Ketika orang tua toleran pada orang lain, anak-anak akan belajar sabar dengan siapa aja yang berbeda dengan mereka. Dalam cara apa orang memberi contoh toleransi pada anak?

5. Orang tua yang ramah pada teman-teman mereka ketika berkunjung ke rumah. Jika pengelompokan terjadi di rumah, kemudian orang tua akan tahu dimana anak-anak berada. Pererat kebijakan pintu terbuka dan mengenal teman-teman mereka.

6. Orang tua yang membangun semangat bersama dengan anak-anak. Ketika anak-anak masuk dalam usia remaja, orang tua yang memperat semangat bersama akan memiliki pengaruh lebih besar pada anak mereka.

7. Orang tua yang mau menjawab pertanyaan anak. Pernahkah orang tua merasa bersalah ketika mengatakan, sekarang ayah/ibu sibuk, kita bicaranya nanti saja. Kemudian nanti juga tidak pernah. Sisihkan waktu untuk menjawab pertanyaan anak dan ketika orang tua tidak mengetahui jawaban, akui dan menawarkan untuk mencari jawabannya.

8. Orang tua yang menanamkan disiplin ketika dibutuhkan tetapi tidak dihadapan orang lain. Jangan menanamkan disiplin dihadapan orang lain terutama teman-temannya. Anak-anak menginginkan batasan tetapi jarang tua harus tahu kepan dan dimana menanamkan disiplin.

9. Orang tua yang konsentrasi pada hal yang baik alih-alih sesuatu yang lemah. Lihat anak-anak sebagai puzzle potongan gambar yang tidak komplit dan konsentrasi pada membangun menjadi gambar yang indah alih-alih menghilangakan potongan gambar tersebut. Buat daftar kelebihan-kelibihan anak anda dan cari waktu yang tepat untuk menunjukkanya pada mereka.

10. Orang tua yang konsisten. Orang tua seringkali tidak konsisten tetapi berusahalah untuk konsisten. Keadaan tidak konsisten dapat merusak anak-anak. Anak-anak harus tahu cinta dan batasan anda konsisten sehingga akan muncul rasa percaya pada orang tua.


read more...

Perbedaan Anak Laki-laki dengan Anak Perempuan


Mengasuh anak perempuan dengan anak laki-laki tentu berbeda. Oleh karena itu, supaya orangtua lebih mudah menyesuaikan dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan anak maka penting bagi orangtua mengetahui karakter dasar antara anak laki-laki dan anak perempuan .


Di bawah ini adalah beberapa perbedaan sederhana yang dimiliki oleh anak laki-laki dan anak perempuan (John Gray, Ph.D., 2004), yaitu:

Anak laki-laki

1. Anak laki-laki butuh lebih banyak cinta, perhatian, dan penghargaan mengenai apa yang mereka lakukan, kemampuan mereka untuk melakukannya tanpa bantuan dan perbedaan yang mereka buat.
2. Anak laki-laki butuh dikagumi atas apa yang mereka lakukan secara lebih baik. Akuilah apa yang mereka lakukan.
3. Anak laki-laki lebih butuh dimotivasi dan diberi semangat.
4. Anak laki-laki paling bahagia bila merasa dibutuhkan dan dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan. Ia menjadi sedih kalau ia merasa tidak dibutuhkan atau tidak mampu menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
5. Anak laki-laki terutama butuh dipercaya, diterima, dan dihargai agar menjadi penuh kepedulian dan termotivasi.



Anak perempuan

1. Anak perempuan butuh lebih banyak cinta, perhatian, dan pengakuan mengenai siapa mereka itu, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka inginkan.
2. Anak perempuan butuh lebih disayangi. Pujilah siapa dia itu.
3. Anak perempuan lebih butuh bantuan dan diyakinkan kembali.
4. Anak perempuan paling bahagia kalau ia merasa dapat memperoleh dukungan yang dibutuhkan. Ia sedih kalau ia merasa tidak dapat memperoleh dukungan itu dan terpaksa melakukan sendiri semuanya.
5. Anak perempuan terutama butuh dipedulikan, dihormati, dan dimengerti agar menjadi penuh kepercayaan dan perhatian.

read more...

Hukuman Dapat Menghambat Kreativitas Anak



Sering kali tanpa disengaja tiba-tiba anak menyenggol gelas atau piring yang ada disekitarnya hingga pecah. Menyaksikan kejadian seperti itu mungkin ada sebagian orangtua yang langsung memarahinya. Mereka seolah-olah tidak mau tahu bahwa kejadian itu adalah karena ketidaksengajaan, mereka berharap anak tahu pada apa yang akan terjadi ketika sedang melakukan sesuatu.


Merasa kecewa dan marah karena barang kesayangan rusak atau pecah adalah wajar. Namun, meluapkan kemarahan itu kepada anak yang masih kecil dan belum memahami artinya mahal atau murah adalah tidak bijaksana. Anak belum bisa membedakan antara tindakan yang disengaja atau yang disengaja. Oleh karena itu, orangtua sebaiknya bersikap tidak emosional. Perlu diingat kembali bahwa manusia apalagi seorang anak pasti pernah berbuat salah. Oleh karena itu, orangtua bijak pasti akan menanggapi kesalahan yang dilakukan anak dengan penuh maaf. Yakinlah bahwa sesungguhnya kejadian tesebut adalah karena ketidaksengajaan anak.


Dalam kehidupan sehari-hari ada baiknya justru orangtua dapat memberikan contoh kepada anak bahwa suatu kesalahan itu adalah wajar, sesekali mungkin saja terjadi. Dengan demikian, anak tidak akan merasa takut untuk mencoba sesuatu, takut dimarahi atau dihukum apabila ia melakukan suatu kesalahan. Memarahi dan menghukum setiap kesalahan anak dapat menghambat kreativitas anak. Daripada harus sering menghukum anak, lebih baik orangtua bersikap lebih bijaksana misalnya selalu menyimpan barang pada tempat yang lebih aman dan selalu berusaha membimbing anak supaya ia dapat bersikap hati-hati dan bertanggung jawab. Contoh kasus, tidak memajang barang pecah belah di rumah secara berlebihan ketika anak-anak masih kecil, karena kemungkinan pecah tersenggol atau tertendang akan besar peluangnya. Selain itu, untuk mengajarkan anak supaya ia belajar memisahkan antara tempat bermain dan tempat untuk beristirahat, maka orangtua dapat mengajak anak untuk melanjutkan bermain sepak bola di halaman rumah .


Hindarkan memarahi atau menghukum anak karena kesalahannya. Menghukum atau memarahi anak merupakan cara komunikasi yang sudah ketinggalan zaman. Reaksi yang paling baik terhadap kesalahan anak adalah pandangan bosan atau netral. Jangan mencurahkan banyak perhatian pada kesalahan anak, tetapi arahkan anak kembali dengan memintanya melakukan sesuatu. Misalnya, pada kasus anak memecahkan gelas, maka mintalah anak untuk membantu orangtua membersihkan pecahan gelas tersebut, tidak lantas anak dimarah dan disuruh menggantinya (John Gray, Ph.D, 2004).

read more...